Setiap kali saya menulis kata penatua atau kepenatuaan di iPad saya, pemeriksa ejaan bekerja dan secara otomatis mengoreksinya menjadi pemimpin atau kepemimpinan . Menjalani kehidupan seperti yang kita jalani di tengah budaya yang terobsesi dengan “kepemimpinan”—dalam dunia bisnis, politik, akademisi, dan sebagainya—banyak dari kita melakukan hal yang hampir sama terhadap Perjanjian Baru.

Lukas, Paulus, dan Petrus berbicara tentang “penilik jemaat,” “gembala,” dan “penatua.” Kita berbicara tentang “pemimpin.” Perjanjian Baru menetapkan orang-orang tertentu untuk menggembalakan, merawat, memperhatikan, dan mengajar. Kita mendorong orang untuk memimpin. Kitab Suci menggunakan istilah khusus dan memberikan instruksi khusus, tetapi secara keseluruhan kita lebih suka istilah yang umum.

Kata-kata di Alkitab membutuhkan penjelasan yang tidak dimiliki oleh kata-kata yang ada di dunia sekuler. Bahasa modern kita lebih sederhana: Pemimpin memimpin, tetapi penatua tidak menua. Dan, yang pasti, konsep kepemimpinan adalah alkitabiah: kata "pemimpin" muncul tiga kali dalam Ibrani 13. Tidak hanya itu, banyak perdebatan tentang apakah penatua, penilik jemaat, dan gembala menjalankan peran yang berbeda, atau apakah istilah-istilah ini menggambarkan satu jabatan. Sebaliknya, kata pemimpin adalah istilah yang mencakup semuanya.

Namun, menurut saya alasan-alasan ini tidak cukup menjelaskan mengapa kita lebih memilih kepemimpinan daripada kepenatuaan. Umat kristiani menggunakan segala macam kata yang terdengar aneh di telinga masyarakat modern: kovenan, Mesias, urapan, penebusan, dan sebagainya. Akan tetapi, kita tidak mengabaikan bahasa kita, karena bahasa kita kaya. Meskipun Perjanjian Baru memang merujuk kepada para pemimpin, namun Perjanjian Baru berbicara lima kali lebih sering tentang penatua—belum lagi tentang gembala, pengajar, dan penilik jemaat.

Saya menduga kita mengoreksi secara otomatis istilah kepenatuaan menjadi kepemimpinan karena dua alasan. Pertama, terutama di gereja-gereja besar, kita memikirkan diri sendiri dalam istilah organisasi, lebih sebagai sebuah perusahaan daripada sebuah keluarga, apalagi kawanan. Jadi kita lebih mencari para pembuat visi dan manajer daripada para ayah dan gembala. Kedua, kebanyakan dari kita tidak mengerti apa arti penatua atau apa yang mereka harus lakukan. Apakah mereka seperti kepala suku? Penasihat? Orang bijak yang membelai jenggotnya?

Bahasa Perjanjian Baru tentang para penatua, gembala, penilik jemaat, pengajar, dan bahkan pemimpin terikat dalam satu ide kunci: melayani gereja dengan melindunginya dari bahaya. Para penatua, gembala, dan penilik (yang saya ambil sebagai tiga kata berbeda untuk jabatan yang sama; lih. Kis. 20:17–37 dan 1Ptr. 5:1–11) adalah para penjaga.

Article continues below

Buletin-buletin gratis

Buletin-buletin lainnya

Para gembala menjaga domba. Tugas utama seorang gembala adalah melindungi kawanan dombanya dari bahaya: serigala, cedera, berpencaran, para perampok. Hal ini tercatat banyak sekali di Alkitab. Daud membunuh singa dan beruang untuk melindungi dombanya. Yesus, Gembala yang Baik, menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya. Paulus menuntut para pendengarnya, “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah...” (Kis. 20:28). Menjadi pendeta atau gembala berarti menjadi penjaga.

Hal yang sama berlaku untuk para penilik jemaat. Banyak dari kita yang menyamakan penilik dengan penyelia . Tetapi istilah Yunaninya berarti “tetap berjaga-jaga.” Istilah ini terkait erat dengan kata di Perjanjian Lama untuk “penjaga,” yang lebih merupakan orang yang mengawasi daripada seorang manajer. Inilah peran "pemimpin" yang dimaksudkan dalam kitab Ibrani: menyampaikan firman Tuhan, dan berjaga-jaga atas gereja (13:7, 17).

#Bahasa Perjanjian Baru tentang para pemimpin terikat dalam satu ide kunci: melayani gereja dengan melindunginya dari bahaya.#

Para penatua melakukan hal yang sama. Para penatua ditunjuk untuk melindungi gereja dari para guru palsu. Permintaan rasul Paulus kepada para penatua di Efesus (Kis. 20:17–37) pada dasarnya dapat diringkas sebagai berikut: Serigala akan datang, dan kamu perlu mempertahankan gereja dari mereka.

Ini tidak berarti bahwa para penatua hanyalah penjaga, atau bahwa tugas lain yang dilakukan oleh para pemimpin gereja—menginjili, memperlengkapi, menetapkan visi, menyusun strategi, mengatur, mengkomunikasikan, memberi teladan, mendisiplinkan, menasihati—adalah hal yang sepele. Sebaliknya, bagian firman ini menempatkan fungsi-fungsi tersebut di dalam konteks sehingga peran penatua yang esensial—melindungi gereja dari bahaya—dapat dilihat dengan lebih jelas.

Penetapan visi, penyusunan strategi, dan pengaturan, misalnya, dapat melindungi gereja dari fragmentasi. Mendisiplinkan, menasihati, mengkonfrontasi, dan memberi teladan akan melindungi gereja dari dosa. Menginjili dan memperlengkapi gereja untuk memberitakan Injil akan melindungi gereja dari sikap mempertanyakan diri sendiri, tersekat-sekat, dan kelesuan. Dan berkhotbah serta mengajar adalah cara yang krusial untuk melindungi gereja dari doktrin palsu.

Article continues below

Ini panggilan yang mulia, dan bahkan penatua terbaik sekalipun melindungi dengan tidak sempurna. Tetapi ini adalah pekerjaan sementara yang mencerminkan karya Kristus yang sempurna. Yesus adalah Penjaga atas jiwa kita, Gembala domba yang agung, Penatua dari semua penatua, yang akan kembali dan menaklukkan semua musuh-musuh Allah.

Andrew Wilson adalah penatua di Kings Church di Eastbourne, Inggris, dan penulis Unbreakable. Ikuti dia di Twitter @AJWTheology.

Diterjemahkan oleh: Budi M. Winata

[ This article is also available in English. See all of our Indonesian (Bahasa Indonesia) coverage. ]